Sejarah Kapal Layar Tradisional Pinisi


Kapal Pinisi / Pinisiq / Pinisi’ / Phinisi merupakan kapal layar tradisional khas Indonesia, yang berasal dari Suku Bugis serta Suku Makassar di Sulawesi Selatan yang berasal dari desa Bira, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba. Pinisi sesungguhnya ialah nama layar. Kapal ini mempunyai 2 tiang layar utama serta 7 buah layar, ialah 3 di ujung depan, 2 di depan, serta 2 di balik; Digunakan secara universal buat pengangkutan benda antarpulau. 2 tiang layar utama ini bersumber pada 2 kalimat syahadat serta tujuah buah layar ialah jumlah dari surah Al- Fatihah. Pinisi merupakan kapal layar yang memakai tipe layar sekunar dengan 2 tiang dengan 7 helai layar yang serta pula mempunyai arti nenek moyang bangsa Indonesia sanggup mengharungi 7 samudera besar di dunia.

Bagi suatu tradisi setempat, nama pinisi diberikan oleh seseorang raja Tallo, I Manyingarang Desigram Makkilo, kepada perahunya. Namanya berasal dari 2 kata, ialah” picuru”( maksudnya” contoh yang baik”), serta” binisi”( sejenis ikan kecil, lincah serta tangguh di permukaan air serta tidak terbawa- bawa oleh arus serta ombak). Sumber lain melaporkan kalau nama pinisi berasal dari kata panisi( kata Bugis, berarti” sisip”), ataupun mappanisi( menyisipkan), yang mengacu pada proses mendempul. Sebab lopi dipanisi berarti perahu yang disisip/ didempul, sudah dianjurkan kalau kata panisi hadapi pergantian fonemis jadi pinisi. Nama itu pula bisa jadi berasal dari pinasse, kata Jerman serta Perancis yang mencirikan kapal layar dimensi lagi( bukan kata Inggris pinnace yang pada waktu itu mencirikan sejenis sekoci dayung serta bukan suatu perahu layar).  Kata ini diserap jadi pinas ataupun penis oleh orang Melayu sehabis tahun 1846.

Selengkapnya : Sejarah Pinisi

Suatu kapal bersistem layar pinisi mempunyai 7 sampai 8 layar pada 2 tiang, diatur dengan metode yang mirip dengan sekunar- keci: diucap sekunar sebab seluruh layarnya merupakan layar depan- belakang, berbaris di sejauh garis tengah dari lambung pada 2 tiang; serta diucap keci, sebab tiang di buritan kapal agak lebih pendek daripada yang terdapat di haluan.

Layar agung besar wujudnya berbeda dari sistem layar gap style barat, sebab mereka kerap tidak mempunyai bom serta layarnya tidak diturunkan dengan gap. Kebalikannya layar itu digulung mengarah mengarah tiang, semacam gorden, sehingga membolehkan gapnya buat digunakan bagaikan derek geladak di pelabuhan. Bagian dasar tiang itu sendiri bisa jadi menyamai tripod ataupun dibuat dari 2 tiang (bipod).

Kapal bersistem layar pinisi( palari) mempunyai panjang dekat 50- 70 kaki( 15, 24- 21, 34 meter), dengan garis air dikala muatan ringan 34- 43 kaki( 10, 36- 13, 1 meter).[8]: 112–113 Palari yang kecil cuma sejauh dekat 10 m. Pada 2011 suatu PLM bersistem layar pinisi besar sudah dituntaskan di Bulukumba, Sulawesi Selatan. Dia mempunyai panjang 50 meter serta lebarnya 9 meter, dengan tonase kotor dekat 500 ton.

Di masa globalisasi phinisi bagaikan kapal benda berganti guna jadi kapal pesiar elegan komersial ataupun ekspedisi yang dibiayai oleh investor lokal serta luar negara, dengan bidang dalamnya elegan serta dilengkapi dengan perlengkapan menyelam, game air buat wisata bahari serta awak yang terlatih serta diperkuat dengan metode modern. Salah satu contoh kapal pesiar elegan terkini merupakan Silolona berlayar di dasar bendara.

Semacam banyak tipe kapal tradisional yang lain, pinisi sudah dilengkapi dengan motor, sebagian besar semenjak tahun 1970. Ini sudah mengganti penampilan kapal itu. Sebanding dengan dhow modern, tiang- tiangnya sudah diperpendek, ataupun dihilangkan kala crane geladak sirna seluruhnya, sedangkan struktur di geladak, umumnya balik, sudah diperbesar buat awak serta penumpang. Pada dini 1970- an, ribuan kapal pinisi- palari berdimensi sampai 200 ton kargo, armada kapal berlayar komersial terbanyak di dunia pada dikala itu, sudah menghubungi seluruh penjuru Samudra Hindia serta jadi tulang punggung perdagangan rakyat.

Baca juga : Sejarah Kapal Dewaruci

Pinisi dimodifikasi jadi kapal pembawa penyelam oleh investor asing buat tujuan pariwisata. Salah satu contohnya merupakan kalau perahu tersebut digunakan bagaikan pitstop buat The Amazing Race. Kapal pinisi pula jadi lambang buat gerakan WWF ialah#SOSharks, program pelestarian ikan hiu dari WWF, serta sempat digunakan oleh industri populer di Indonesia ialah Bank BNI.

sumber: https://tokoraphandicraft.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kehidupan dan Kebudayaan Suku Sakai

Ediruslan Pe Amanriza