Rumah Adat Suku Sakai di Desa Kesumbo Ampai

 Rumah Adat Suku Sakai di Desa Kesumbo Ampai

Setelah diresmikan oleh Penjabat Bupati Bengkalis Ahmad Syah Harrofie pada Kamis (21/1/2016) silam, Rumah Adat Suku Sakai di Jalan Sobonga, Desa Kesumbo Ampai, juga dimasukan dalam daftar objek wisata budaya baru di Kota Duri, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau.

Seperti yang disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Bengkalis, H Eduar kepada Goriau.com, Kamis (10/3/2016). "Rumah adat suku Sakai di Desa Kesumbo Ampai juga masuk dalam daftar objek wisata di Duri," kata Eduar.

Menurutnya, dengan bangunan baru rumah adat suku Sakai ini, tidak hanya wisatawan saja yang datang berkunjung ke sana. Para peneliti juga diharapkan bisa datang untuk membuat kajian ilmiah tentang budaya, adat suku sakai.

"Kita sangat bersyukur sekali ada pihak swasta yang sangat peduli dengan kondisi rumah adat Sakai ini saat dalam kondisi rusak berat. PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (IKPP) dan PT Arara Abadi (Arara) membangun ulang rumah adat Sakai dengan bangunan yang lebih kokoh lagi. Sehingga wisatawan maupun orang-orang Duri bisa mengetahui lebih banyak kebudayaan serta seni tentang suku adat Sakai dapat dipelajari di rumah adat Sakai,"tutur Eduar.

Dijelaskannya, mengenai suku Sakai sendiri merupakan salah satu masyarakat adat asli di Provinsi Riau yang tersebar di sejumlah kabupaten, yaitu  Kampar, Bengkalis, Indragiri hulu, dan Siak.

"Mereka tergolong Melayu Tua (proto Melayu) yang awalnya hidup nomaden dengan bergantung pada hasil hutan. Orang Sakai terbanyak berada di wilayah Desa Kesumbo Ampai, Kecamatan Mandau, Bengkalis, berjarak sekitar 180 kilometer dari Pekanbaru," ujar Eduar sembari, terus mengajak masyarakat untuk mempromosikan rumah adat suku Sakai di Desa Kesumbo Ampai.

Rumah adat suku Sakai yang baru ini berdiri di lahan seluas 1,3 hektare dan menggunakan konstruksi lebih kuat karena menggabungkan kayu dan besi. Pembangunannya menelan biaya sekitar Rp 1 miliar.

Rumah adat berbentuk rumah panggung itu merupakan kekayaan budaya bagi warga Sakai. Tempat itu juga berfungsi sebagai museum karena berisi beragam peralatan dan peninggalan Suku Sakai, seperti baju dari kulit kayu, foto kehidupan masyarakat Sakai tempo dulu, alat musik, peta tanah adat, hingga keris kuno.

"Masyarakat gunakan rumah ini untuk saling berbagi ilmu, melatih kesenian khas adat Sakai dan mempererat hubungan persaudaraan kami. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga berharap semua pihak bisa terus memelihara dan mendukung kelestarian budaya Sakai di masa depan sehingga tercipta hubungan yang berkesinambungan dengan masyarakat lokal," tutup Eduar.(*/rha)

 

https://www.goriau.com/

Penulis: Ira Widana

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kehidupan dan Kebudayaan Suku Sakai

Ediruslan Pe Amanriza